Hih ngeri bin jijik!!! Itulah kayaknya komentar yang pas ketika melihat or membaca makin maraknya praktek LGBT. Gimana nggak ngeri, kalo cewek nikah sama cewek, atau cowok suka cowok, trus laki-laki melambai dan berdandan wanita. Itu kan praktek yang menyimpang dari fitrahnya manusia. Tapi jijik dan ngerinya kita sama praktek LGBT bakal belum berakhir. Kenapa? Karena semakin kesini, praktek dan pembela LGBT makin berani aja, bahkan bisa dibilang show of force alias unjuk kebolehan.
Eh, dari tadi kita sebut LGBT, pada tau sih nggak itu LGBT? LGBT singkatan dari lesbian, gay, bisexual dan transgender. Lesbian itu istilah buat perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya sesama perempuan, trus Gay itu istilah buat laki-laki yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Sedangkan Biseksualitas istilah ini umumnya dipake dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis alias seksual kepada pria maupun wanita sekaligus. Dan Transgender adalah ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelaminnya yang ditentukan, atau kelaminnya dari laki-laki menjadi perempuan, tapi transgender nggak termasuk orientasi seksual.
Indonesia Darurat LGBT
Sobat SWI yang dirohmati Allah, kita harus makin waspada dengan penyakit yang pernah diderita kaumnya Nabi Luth ini. Sebab asal sobat SWI tau ya, negeri kita ini jadi salah satu sasaran tembak penyerangan penyakit LGBT ini. Di situs news.detik.comdilansir berita bahwa PBB melalui organisasinya UNDP menggelontorkan dana sebesar US$ 8 juta (sekitar Rp 108 miliar) dengan fokus ke empat negara: Indonesia, China, Filipina dan Thailand untuk kampanye dukungan LGBT. Duit segitu bukan dana yang sedikit untuk memporak porandakan generasi negeri ini.
Apalagi praktek dan dukungan terhadap LGBT di Indonesia sudah berlangsung sejak lama. Kalo ditelusur sejarah LGBT di Indo, sudah sejak tahun 1969. Pada tahun itu organisasi wadam (waria) Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD) pertama kali berdiri di Indonesia, difasilitasi oleh Gubernur DKI Jakarta Raya, Ali Sadikin saat itu. Kemudian, tanggal 1 Maret 1982 berdiri organisasi gay terbuka pertama di Indonesia dan Asia, dengan nama Lambda Indonesia, dengan sekretariat di Solo. Trus, tanggal 1 Agustus 1987, Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN, kemudian dipendekkan menjadi GAYa NUSANTARA (GN)) didirikan di Pasuruan-Surabaya sebagai penerus Lambda Indonesia.
Setelahnya, kaum LGBT makin berani dengan bikin pertemuan. Pada Desember 1993, Kongres Lesbian & Gay Indonesia (KLGI) pertama kali diselenggarakan di Kaliurang, DIY. Berikutnya yang kedua pada tahun 1995 KLGI II diselenggarakan di Lembang, Jawa Barat. Dan pada November 1997, KLGI III diselenggarakan di Denpasar, Bali. Pada Maret 2000, dideklarasikan 1 Maret sebagai Hari Solidaritas Lesbian dan Gay Nasional.
Bagaimana dengan jumlah dan populitas LGBT di negeri ini? Menurut perkiraan para ahli dan badan PBB, dengan memperhitungkan jumlah lelaki dewasa, jumlah LSL (Laki Suka Lelaki) di Indonesia pada 2011 diperkirakan lebih dari tiga juta orang, padahal pada 2009 angkanya 800 ribu orang. Diperkirakan pada 2013 jumlahnya lebih besar lagi (Rakhmad Zailani Kiki, opini, Republika.co.id, 02/4/2013).
Sementara itu menurut catatan Kementerian Kesehatan pada 2012 lalu menyebutkan, ada 1.095.970 gay yang tersebar di seluruh Indonesia. Menurut Sosiolog Budaya Universitas Indonesia, Devie Rahmawati saat dihubungi Bintang.com “Tren ini semakin meningkat seiring dengan banyaknya produk-produk budaya populer yang masuk ke Indonesia. Seperti film tentang gay misalnya, membuat orientasi berbeda sudah lumrah, dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar,”
Dan masih menurut Devie Rahmawati, sasaran kembang dari LGBT adalah anak-anak muda. ”LGBT akan tumbuh di kalangan anak muda yang memang terpapar dengan promosi, orientasi seksual yang berbeda. Bisa ada di sekolah, kampus, dan sebagainya. Sekarang LGBT sudah menjadi tren di dunia, dan yang paling cepat menerima memang anak-anak muda,”.
Apakah trendnya kedepan makin turun? Enggak, justru makin menggila, bahkan mendapat sokongan dari berbagai pihak. Mulai dari kampus, tokoh agama sampe artis-artis kita. Tahun 2004, Jurnal Justisia yang diterbitkan para mahasiswa Fakultas Syariah satu universitas Islam di Semarang, sudah secara terbuka menulis laporan utama berjudul: Indahnya Kawin Sesama Jenis.
Sokongan dari seseorang yang katanya tokoh intelektual muslimah, Musdah Mulia, guru besar UIN Jakarta, menyebutkan homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam (The Jakarta Post, 2008). Dari kalangan artis, ada Sherina Munaf dalam kicauan twitternya pasca dilegalkannya LGBT di negara-negara Bagian AS, “Banzai! Perkawinan sesama jenis kini ada hukumnya di Amerika Serikat. Mimpi berikutnya, di dunia di manapun anda berada bangga siapa anda. #LGBT Rights”. Tak ketinggalan juga Anggun C Sasmi menulis status yang bernada sama, “YES!!!! Mariage is between love and love??” Duh, parah pisan euy!
Ancaman Punahnya Generasi
Perilaku menyimpang ini jelas-jelas merusak generasi. Ambil contoh perilaku lesbi dan gay, gimana nggak ngerusak generasi, kalo cowok beneran nikah sama cowok, atau sebaliknya, nggak bakalan menghasilkan keturunan. Itu artinya, generasi manusia bisa punah alias lost generation. Negara-negara Barat sebagai pemrakarsa budaya LGBT harusnya nyadar, kalo mereka melegalkan perkawinan sejenis, itu artinya mereka bakal kehilangan generasi penerusnya.
Kekhawatiran Lost of Generation ini bukan isapan jempol, sebenarnya sudah terjadi di Barat maupun Jepang, karena anak-anak muda disana dengan pemikiran dan perilaku yang liberal, lebih memilih untuk melakukan hubungan seks yang tanpa ikatan alias seks bebas. Iya, soalnya di negara Barat yang sudah pasti sekuler bin liberal, yang namanya prostitusi, pornografi dan pornoaksi di sono legal alias sah-sah saja. Ini kan gaswat. Jadi, sudahlah rusak dengan perilaku seks bebas, pornografi dan pornoaksi, eh lha koq ditambah parah dengan legalisasi LGBT. Aduh... biyung!
Membonceng HAM
Kalo tadi disebutkan ada dukungan dana internasional untuk proyek maksiat bin bejat LGBT, ternyata nggak cuman itu. PBB dengan organisasi-organisasinya bakal memberikan perlindungan dan advokasi bagi pelaku LGBT dengan alasan HAM. Ya, memang tameng pelindung HAM ini sepertinya jadi cara jitu untuk membungkam atau membikin masyarakat diem nggak memprotes kaum LGBT. Padahal HAM itu hanya tunggangan yang sengaja dipake pembela dan pelaku LGBT agar masyarakat setuju kalo LGBT itu bukan penyakit. Sebab dengan diopinikan LGBT itu bukan penyakit, maka masyarakat akan adem ayem aja dengan LGBT. Itu harapan pembela dan pelaku LGBT. Meskipun memang masih terjadi perdebatan panjang mulai dari pakar kesehatan sampe ahli agama, tentang LGBT itu penyakit atau bukan. Bagi yang pro LGBT pastinya akan menganggap LGBT bukan penyakit, melainkan bawaan sejak lahir alias gen.
Trus juga biar ‘jualan’ LGBT ini dianggap lumrah dengan menunggangi HAM, maka mereka biasanya mengatasnamakan kebebasan berekspresi. Ya, seperti kita ketahui bersama bahwa kebebesan bereskpresi di negeri sekular penganut demokrasi, dijunjung tinggi-tinggi. Karena memang HAM itu salah satunya mengandung freedom of spech. Jadi dengan alasan tersebut, seakan-akan pembela LGBT yang ngadain kampanye di kampus-kampus terlihat seperti intelek dan manusiawi.
Dalam UU RI No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara lebih dalam mengatur mengenai kebebasan berekpresi tersebut, dalam Pasal 22 Ayat (3) UU tersebut menyebutkan bahwa “Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan, dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan atau tulisan melalui media cetak maupun media cetak elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa”.
Helow! Penggiat dan pelaku LGBT bicara tentang ‘keutuhan bangsa’? Apa nggak keliru? Lha wong dengan membiarkan pelaku lesbi atau homo menikah, apakah itu tidak menimbulkan keresahan dan bisa mengancam keutuhan bangsa? Mikir dong.
Lagian, kebebasan berekspresi yang lahir dari rahim HAM yang jelas sekular, jika benar diterapkan secara konsekuen, maka harusnya nggak ada halangan dong kalo yang muslim juga menyuarakan untuk melarang LGBT. Malahan, yang ada teriakan HAM itu berstandar ganda alias hiprokit bin munafik. Giliran membela LGBT aja berteriak atas nama HAM, lalu kemana loe saat umat Islam di Papua masjidnya di bakar orang kristen? Kemana aja loe ketika beberapa orang yang baru terduga teroris udah ditembak mati sama densus 88? Ihhh... jadi gemes gini!
Islam Bicara LGBT
Pertama, nggak bener kalo manusia jadi lesbi atau gay itu karena gen. Itu hanya akal-akalan pembela dan pelaku LGBT, karena Allah sudah menciptakan kita itu berpasang-pasangan. Dan dari pasangan tersebut tumbuh cinta kasih, dan juga lestarinya generasi. Allah SWT berfirman: ”Dan Dia (Allah) menciptakan dua pasang dari dua jenis laki-laki dan perempuan” (QS. An Najm: 45).
“Wahai manusia Kami menciptakan kamu yang terdiri dari laki-laki dan perempuan,” (QS. Al Hujurat: 13).
Kedua, bicara tentang HAM, maka sebagai muslim tentu standar perbuatan, ukuran baik-buruk, benar-salah adalah hukum syara’, yakni ahkamul kamsah (wajib, mandub, makruh, mubah dan haram). Jadi tidak ada HAM kalo kita muslim apalagi jika itu bertentangan dengan syariat. Sehingga ketika mengatakan perilaku LGBT itu haram ya haram. Seperti misalnya perilaku menyerupai wanita bagi seorang laki-laki adalah haram:
“Nabi saw. melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. al-Bukhari).
Termasuk perilaku yang pernah dilakukan kaumnya Nabi Luth(QS An-Naml ayat 54-55, Ash-Syu’araa’ ayat 165 – 166 dan Huud ayat 77-82). Dengan dihukumnya kaum Luth oleh Allah Swt secara langsung, sudah menunjukkan Allah benci perilaku tersebut.
“Siapa saja yang kalian jumpai melakukan perbuatan kaum Nabi Luth as. maka bunuhlah pelaku dan pasangan (kencannya).” (HR. Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah).
”… Ibnu Abbas meriwayatkan: “Barang siapa menjimak mahrimnya maka bunuhlah, dan barang siapa menjimak hewan maka bunuhlah pelaku dan binatang yang dijimak”. (Hadist Ibnu Majah).
Ketiga, Islam adalah agama pencegahan, maka jauh sebelum perilaku menyimpang menyebar di masyarakat, Islam dengan seperangkat aturannya sudah punya aturannya. Misalnya aturan dalam pergaulan keluarga, dengan cara memisahkan tempat tidur anak-anak
“Suruhlah anak-anakmu shalat pada usia 7 tahun, dan pukullah mereka pada usia 10 tahun dan pisahkan mereka di tempat tidur” (HR Abu Dawud)
Dalam pergaulan antar jenis dan sesama jenis, Rasulullah Saw telah menyampaikan dalam sabdanya, “Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki. Jangan pula perempuan melihat aurat perempuan. Janganlah seorang laki-laki tidur dengan laki-laki dalam satu selimut. Jangan pula perempuan tidur dengan perempuan dalam satu selimut.” (HR Muslim)
Keempat, Rasulullah Saw. pernah memerintahkan kaum muslim agar mengeluarkan kaum waria dari rumah-rumah mereka untuk menjaga agar lingkungan masyarakat terpelihara dari penyakit sosial. Dalam riwayat Abu Daud diceritakan bahwa Beliau saw. pernah memerintahkan para sahabat mengusir seorang waria dan mengasingkannya ke Baqi’.
Itu artinya, secara sistemis, negara harus menghilangkan rangsangan seksual dari publik termasuk pornografi dan pornoaksi. Begitu pula segala bentuk tayangan dan sejenisnya yang menampilkan perilaku LGBT atau mendekati ke arah itu juga akan dihilangkan.
Dan Islam juga menetapkan aturan punitif (hukuman berbentuk siksaan/deraan) yang bersifat kuratif (menyembuhkan), menghilangkan homoseksual dan memutus siklusnya dari masyarakat dengan menerapkan hukuman mati bagi pelaku LGBT:
“Siapa saja yang kalian temukan melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual) maka bunuhlah pelaku (yang menyodomi) dan pasangannya (yang disodomi).” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi).
So Sobat SWI, sudah jelas bin gamblang kalo perilaku dan pembelaan kaum LGBT itu tertolak secara akal sehat manusiawi dan juga pastinya ditolak mentah-mentah oleh dalil nash. Jadi membela dan menjadi pelaku LGBT hanya akan merusak manusia dan juga bakal nyicipin api neraka, karena melanggar syariat Allah SWT. Naudzubillah min dzalik. Maka yuk jangan bosan mendakwahkan Islam, agar penyakit LGBT tidak makin menjadi-jadi. #YukDakwah. []
0 komentar:
Posting Komentar