14 Februari!
Ada apa dengan 14
Februari?
Ya.
Hampir sebagian besar muda mudi saat ditanya tentang tanggal ini, mereka akan
menjawab dengan satu jawaban yang sama, mengarah pada satu momen yang
sepertinya tak boleh dilewatkan perayaannya. V-Day alias Valentine’s Day.
Kehebohan Valentine’s Day sebagai sebuah perayaan hampir-hampir menjadi menu
wajib dan menggantikan hari besar lainnya. Coba bandingkan dengan peringatan
Isra’ Mi’raj atau Maulid Nabi dengan Valentine’s Day. Tidak sedikit dari remaja
yang bahkan tak tahu kapan peristiwa Isra Mi’raj itu terjadi atau kapan tanggal
kelahiran Nabi. Bahkan, dalam benak mereka, peringatan hari besar Islam identik
dengan ceramah, dihadiri oleh sosok berjenggot dan perempuan berjilbab, dan dirayakan
secara sederhana.
Sebaliknya,
perayaan VDay yang identik dengan kesenangan bersama lawan jenis, saling
memberi sekuntum bunga atau sebatang cokelat, atau bahkan jalan bersama ke
suatu tempat. Inilah simbol yang katanya modern yang banyak diikuti remaja.
Anak SD, SMP, SMA, hingga kuliah pun merasa bahwa merayakan hari Valentine adalah sebuah keharusan. Didorong oleh media elektronik semacam TV dan cetak semisal surat kabar, majalah dan tabloid, momen Valentine’s Day ini sengaja di blow-up oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pasar. Seakan-akan kalah pamor dan ketinggalan zaman bila sampai tidak ikut merayakan hari yang katanya penanda kasih sayang itu.
Anak SD, SMP, SMA, hingga kuliah pun merasa bahwa merayakan hari Valentine adalah sebuah keharusan. Didorong oleh media elektronik semacam TV dan cetak semisal surat kabar, majalah dan tabloid, momen Valentine’s Day ini sengaja di blow-up oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pasar. Seakan-akan kalah pamor dan ketinggalan zaman bila sampai tidak ikut merayakan hari yang katanya penanda kasih sayang itu.
Valentine,
bukan budaya kita
Ternyata,
jika kita mau sedikit melihat fakta sejarah, sudah banyak tulisan yang membahas
tentang asal muasal sejarah Valentine’s Day ini. Jika kita rajin browsing
internet dan banyak membaca artikel di sana, akan terlihat bahwa Valentine
bukanlah berasal dari Islam dan kaum Muslim. Sedikit mengulas bahwa ada beberapa
versi yang menyebutkan darimana asal muasal perayaan VD ini. Ada versi yang
mengatakan bahwa hari Valentine adalah perayaan untuk mengenang pendeta
Valentino yang mati karena membela keyakinannya. Ada juga yang bilang pendeta
ini mati karena membela cinta dua jenis anak manusia padahal gereja telah
melarangnya. Bahkan ada versi yang mengatakan bahwa pada tanggal 14 Februari
ini adalah musim kawin sejenis burung tertentu.
Dari
sekilas penjelasan di atas, harusnya kita bisa menyadari bahwa sesungguhnya budaya
Valentine’s Day dan merayakannya bukan berasal dari Islam. ‘Kan boleh, cuma
sekadar ikut merayakan saja. Bukankah ini hari kasih sayang sedunia yang
universal?’ Mungkin sebagian dari kita berdalih seperti itu. Hati-hati
sobat, setiap apa yang kita perbuat, besar kecilnya akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat kelak. Allah Swt. telah mengingatkan kita melalui
firmanNya:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ
السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
“Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS al-Israa
[17]: 36)
Nah,
inilah uniknya Islam. Tidak ada yang namanya sekadar ikut, cuma ngikut atau
ikut-ikutan saja. Sebelum melakukan suatu perbuatan, sebagai seorang Muslim,
kita harus paham apa dan bagaimana Islam memberikan pandangan atasnya. Ini
mendidik kita, para remaja muslim, agar tidak menjadi generasi pembebek. Generasi
yang bisanya cuma ikut-ikutan tanpa tahu ilmunya. Terlebih lagi, agar kita
tidak terjerumus pada jurang kemaksiatan. Islam mengajak kita untuk cerdas
dalam menyikapi sesuatu.
Tidak
ada kata “cuma” dalam kehidupan seorang Muslim. Itu karena setiap perbuatan sekecil
apapun akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Begitu juga dengan
perayaan Valentine. Banyak orang berdalih untuk membenarkan dirinya sendiri
ketika ia turut larut dalam perayaan ini. Atau, meskipun ia tidak turut
merayakan, tapi ia juga tidak melarang. Walah, ragu-ragu maksudnya? Di satu
sisi orang seperti ini takut dicap fanatik, tapi di sisi lain ia juga takut
dianggap ketinggalan zaman. Jadilah, antara bilang iya dan tidak dalam
penyikapannya. Padahal, kepribadian seorang Muslim dalam pola pikir dan pola
sikapnya sangatlah jelas. Menolak dengan tegas perayaan Vday karena tidak ada
tuntutannya dari Rasul yang mulia.
Valentine,
sarana perusak generasi
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ
سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى
لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian
akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan
sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke
lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.”
Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu
adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
(HR. Muslim no. 2669).
Bukan
karena Rasulullah pintar meramal ketika apa yang dikatakan beliau ternyata
benar adanya. Tapi karena beliau khawatir terhadap kebodohan umat yang semakin meluas.
Kebodohan inilah yang menjadi penyebab kaum Muslim yang seharusnya sebagai umat
terbaik, malah menjadi umat pembebek dan pengekor. Dan ternyata, semua itu
menjadi kenyataan ketika kita melihat kelakuan remaja-remaja sekarang yang
bisanya cuma mengikut budaya Barat.
Memang
benar, tidak semua yang berasal dari Barat itu buruk. Itulah pentingnya kita
memahami Islam tentang apa yang boleh dan tidak boleh diikuti dalam pandangan
Islam. Dalam hal perayaan hari Valentine ini jelas-jelas buruk dan merusak generasi
muda. Why?
Pertama, mulai dari asal muasalnya saja sudah jelas-jelas tidak benar menurut
pandangan Islam. Bahkan, jika kita menelusuri sejarah, sejak tahun 1969 saat
itu sudah ada gerakan dari pendeta untuk menghapus perayaan V Day dari kalender
gereja. Harusnya kita sebagai Muslim berpikir, jika pihak gereja saja sudah
tidak merayakan, mengapa kita Muslim bahkan dengan bangga masih merayakannya?
Kedua, merayakan Valentine’s Day merupakan bagian dari Tasyabbuh. Tasyabbuh
adalah menyerupai suatu kaum. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad)
Kenapa sampai kita dilarang
meniru-niru orang kafir secara lahiriyah? Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
أَنَّ الْمُشَابَهَةَ فِي
الْأُمُورِ الظَّاهِرَةِ تُورِثُ تَنَاسُبًا وَتَشَابُهًا فِي الْأَخْلَاقِ
وَالْأَعْمَالِ وَلِهَذَا نُهِينَا عَنْ مُشَابَهَةِ الْكُفَّارِ
“Keserupaan dalam perkara lahiriyah
bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita
dilarang tasyabbuh dengan orang kafir” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 154).
Jika dalam perkara adat (kebiasaan)
saja kita dilarang tasyabbuh dengan mereka, bagaimana lagi dalam perkara yang
lebih dari itu?
Ketiga, yang namanya merayakan Valentine, umumnya sama pasangan alias kekasih
atau pacar. Jika sudah mulai urusan pacar-pacaran begini, mau dibawa kemana
hubungan dua anak manusia berlainan jenis kelamin ini? Gaul bebas? Sangat
mungkin! Pergaulan bebas yang ditawarkan oleh budaya Barat kian meronta dan
merasuk ke dalam pergaulan muda mudi saat ini. Jangan hanya membayangkan gaul
bebas itu pada free sex semata. Sekedar pacaran berpegangan tangan saja
itu sudah gaul bebas. Islam telah menegaskan, mendekati zina saja dilarang.
Pelarangan ini tentu saja untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan seorang Muslim
agar tidak terjerumus pada zina yang sebenarnya. Na’udzubillah.
Valentine Day,
wajah buruk budaya Barat
Valentine’s
Day diyakini sebagai hari kasih sayang. Benarkah? Jangan mudah dibodohi dengan slogan
semacam ini. Why? Karena jika mereka yang suka menjajakan Valentine itu memang
merayakan kasih sayang, tanyakan buktinya. Negara Barat yang menyebarkan
pertama kali budaya ini justru menempati angka tinggi pada kasus perceraian dan
tindak kekerasan dalam rumah tangga, anak-anak menjadi rusak karena brokenhome,
prostitusi merajalela bahkan disahkan oleh negara, aborsi juga legal, dan para
orang tua ditelantarkan di panti jompo. Inikah kasih sayang yang bisa
dicontohkan oleh mereka?
Bohong
besar jika ada yang mengatakan bahwa Valentine adalah hari kasih sayang. Jika memang
seperti itu, mengapa juga yang dijadikan sasaran adalah anak-anak muda? Mengapa
bukan ibu-bapak kita atau kakek-nenek kita? Tentu akan jauh lebih strategis untuk
merusak generasi pada kalangan pemuda yang akan menjadi penerus peradaban. Jika
pemudanya rusak, mudah sekali merusak sendi lainnya.
Say No to Valentine
Day!
Dari
uraian di atas, sudah saatnya kita menjauhkan budaya yang jelas-jelas tidak sesuai
dengan Islam. Jika hanya dengan alasan kasih sayang, Islam sejatinya adalah
sumber dan muara kasih sayang itu sendiri. Mulai dari haramnya aborsi karena
setiap anak punya hak hidup, naluri sayang seorang ibu juga dijaga agar tidak
dirusak oleh paham atas nama kebebasan. Begitu juga dengan penghargaaan seorang
anak yang tinggi untuk menghormati ibu dan bapaknya. Hubungan laki-laki dan
perempuan bila ingin berkasih-sayang, ada sarananya. Pernikahan. Di sinilah
satu sama lain diajari untuk mengenal kasih-sayang sejati yang diikuti rasa tanggung
jawab. Bukan hanya sekedar memberi bunga, coklat dan boneka tanpa berani
berkomitmen. Islam mengajarkan seorang lelaki menjadi laki-laki sejati, begitu juga
dengan wanita agar menjadi terhormat dan mulia derajatnya dengan Islam.
Bukan
hanya dengan sesama manusia, kasih sayang dianjurkan oleh Islam untuk diberikan
juga pada makhluk lainnya semisal hewan, tumbuhan dan lingkungan. Tidak boleh
menyiksa apalagi menyakitinya.
Jika
sudah begini, masihkah percaya dengan Valentine’s Day adalah hari kasih sayang?
Universal pula? Cukup Islam saja sebagai sumber cinta dan kasih sayang kita
dalam mengungkapkannya. Hanya Islam saja tolok ukur kita dalam seluruh amal perbuatan.
Stop menjadi pembebek budaya Barat yang merusak akhlaq. Jadilah pengikut Islam
dengan meneladani Rasul yang mulia. Insya Allah pasti selamat dunia akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar